Aceh is A New Party Zone

Sebuah arena yang memberi pengalaman baru bagi para tamu. Tak pernah terlupakan, suka atau tidak suka.

Beberapa waktu yang lalu, kami kedatangan seorang aktivis perempuan yang hendak mengadakan beberapa pertemuan dan diskusi di Banda Aceh. Bersamanya kami mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan beberapa tokoh dan pejabat Aceh.  Disaat akan bertemu dengan seorang pejabat tinggi, aktivis perempuan itu diingatkan oleh protokoler untuk memakai pakaian tertutup dan menutup kepalanya, setidaknya dengan selendang.

THIS IS STUPID!!!” teriaknya.

Kami tertegun dan mencoba mengerti situasi tersebut. Kami paham dia pasti merasa ketentuan untuk memakai jilbab atau selendang telah melukai hak asasinya.

SYNTHETIC

Menurutnya, jilbab adalah bukan sesuatu yang harus dipaksakan. Baginya jilbab adalah sebuah kesadaran. Seorang wanita muslim memakai jilbab karena dia telah menemukan pencerahan dalam kehidupan spiritualnya. Omong kosong kalau semua Muslimah akan menjadi alim dan baik ketika dia sudah memakai jilbab.

Menurutnya kalau seseorang merasa ‘terpaksa’, maka akan timbul resistensi dan pembangkangan. Banyak contoh gadis-gadis muslim berjilbab, malah tidak tertib dalam berbusana. Dengan kontras, mereka memadukannya dengan celana jins yang ketat dan atasan yang terbuka.

Jadi menurutnya, kemauan memakai jilbab itu harus muncul dari dalam, bukan dari luar. Memakai jilbab harus dengan kesadaran.

Kami pun bingung dibuatnya, sedangkan jadwal pertemuan tinggal satu jam lagi.

THE VERSES

Aku mencoba menenangkannya.

“Kakak, mungkin kau benar dalam hal ini,” aku menarik napas dan melanjutkan, “Dan mungkin protokoler itu juga benar, dan aku percaya kalian  semua ini sama-sama benar.”

Dia terdiam dan berkata “Mmmmh… kau pasti akan mengatakan bahwa jilbab ini adalah memang suatu kewajiban kan? Dan aku pun akan kau minta untuk memakainya?”

“Tidak Kakak, dengar dulu. Aku tidak akan mengaitkan situasi sekarang dengan hal-hal keagamaan,” jawabku,  “Aku pun tidak mau kita berdebat mengenai jilbab ini, dengan menyebutkan ayat-ayat atau hadis-hadis, lalu bersilat lidah mempertahankan apa yang kita yakini. Yang ada, kita berdua malah akan bermusuhan dan bertikai, sehingga kau akan membenci aku dan aku akan membencimu, Kakak.”

SPIRITUAL JOURNEY

Memang jilbab di Aceh baru menjadi kewajiban sejak tahun 1999 (CMIIW). Sebelumnya perempuan di Aceh sama dengan perempuan-perempuan lainnya di Indonesia, dapat berpakaian secara bebas.

Aku teringat beberapa tahun sebelum 1999 ketika seorang kakak temanku memutuskan untuk memakai jilbab. Kami semua sangat gembira dan bersyukur mendengarnya. Kami percaya bahwa dia telah berhasil mencapai the next level of her spiritual journey.

Bahkan sekarang pun, setiap teringat peristiwa tersebut, aku masih bisa merasakan kegembiraan yang meluap-luap, bahkan dapat kurasakan juga di dalam setiap udara yang kuhirup. It’s so beautiful!

DRESS CODE

Tapi memang kini telah berbeda, hari ini jilbab adalah keharusan.

Di saat keheningan mulai hinggap, aku bersuara:

“Kakak, kuminta kau melihatnya seperti ini saja, anggap saja engkau ke Aceh ini untuk berpesta.”

“Maksudmu apa, Adikku?” dia bertanya.

“Sekarang ACEH adalah sebuah PESTA!” aku berteriak. “Dan pesta ini diadakan setiap detik, setiap menit, dan setiap saat,”

“Aceh adalah sebuah pesta yang mensyaratkan dress code tertentu. Sebuah pesta yang mensyaratkan warna-warna tertentu,”

“Sebuah pesta yang akan memberimu pengalaman-pengalaman baru yang tidak akan kau lupakan, suka atau tidak suka.”

Terdiam sejenak lalu aku melanjutkan:

“Ingatkah kau, sewaktu diundang di acara kenegaraan penting, kau pun akan berkebaya sesuai dengan yang telah disyaratkan?”

“Ingatkah kau, sewaktu masuk diskotek, kau pun tidak akan memakai kebaya dan jas, bukan?”

“Ingatkah kau, sewaktu diwisuda, kau pun dengan bangga memakai togamu yang hitam itu?”

“Ingatkah kau, apa yang kau pakai sewaktu mengadakan pesta piyama dengan teman-teman wanitamu di SMA dulu?”

“Dan kuharap kau tidak  perlu pusing dan gusar. Mari kita bersenang-senang!”

“Aceh adalah sebuah pesta, mari kita bergembira! Singkirkan duka lara, singkirkan perbedaan.”

“Aceh is a new party zone! Ya! Aceh is a new party zone!”

Let’s have some fun! and everyone is invited.

BACA JUGA:  Walikota Illiza Sangsikan Ketulusan Seniman Banda Aceh