Lagu Anti Seks Bebas Malah Dilarang

Padahal pada syair lagu-lagu yang dilarang itu, Jamrud mengajak orang-orang menghindari perilaku seks bebas. Suatu hal yang selalu didengung-dengungkan di Aceh. Lalu, apa pasal lagu mereka dilarang?

CENSORED

Baris pertama lagu ‘Kaulah Segalanya’ pernah disensor. Kalimat ‘Mungkin hanya Tuhan’ yang ditafsirkan sebagai meragukan Tuhan terpaksa harus ditukar oleh penciptanya, Tito Soemarsono. Ketika Broery Marantika membawakan kembali lagu hits milik Ruth Sahanaya tersebut, kalimat tadi pun diubah menjadi ‘Memang hanya Tuhan’.

Di luar negeri kejadian serupa sering terjadi. Salah satunya seperti yang dialami group The Kinks’. Mereka terpaksa harus mengganti kata ‘Coca-Cola’ menjadi ‘cherry cola’ agar lagu ‘Lola’ yang mereka ciptakan lolos sensor dan mau ditayangkan oleh BBC.

Sensor? Saya pun pernah mengalaminya. Ketika tampil untuk acara Impresario 008 di RCTI, produsernya meminta kami untuk menukar sebait syair. Bait tersebut berisi kalimat ‘Meuketum-meuketum beude buno yoh uroe..’.

Walaupun secara umum syair dalam lagu ‘Piasan Raya’ tersebut masuk dalam kategori komedi, namun pihak RCTI khawatir terjadi pelebaran makna kata ‘beude’ (Indonesia: bedil) oleh pemirsa. Maklum, acara itu ditayangkan Agustus 2000, saat konflik Aceh sedang panas-panasnya.

Jika tiga lagu diatas hanya mengalami sensor, maka tiga lagu band Jamrud yang tampil di Banda Aceh 31 Oktober 2015 malah dilarang.

BANNED

Cuma satu lagu Jamrud yang saya tahu. Itupun yang pernah dibawakan Presiden SBY. Karena bukan penggemar Jamrud, jadi wajar saya tidak kenal syair-syair lagu mereka.

Disela-sela menulis artikel ini saya coba menyimak lagu Putri, Surti dan Tejo serta Telat Tiga Bulan. Tiga lagu yang dilarang tersebut. Saya berharap bisa menemukan kata atau kalimat yang ‘haram’ dinyanyikan di tanah ‘Model Kota Madani’ ini.

Ah, tak satupun kata atau kalimat yang terdengar ‘miring’ di kuping saya. Tak ada ajakan untuk melakukan hal-hal negatif. Apa saya sudah tuli? Mungkin!

SEKS BEBAS

Saya hanya mendengar mereka bicara dalam bahasa lugas, mencoba menghindari semiotika yang sulit dipahami.

Malah pada tiga lagu tersebut mereka mengajak orang-orang untuk menghindari perilaku seks bebas. Suatu hal yang selalu didengung-dengungkan di Aceh.

Apakah panitia takut disalahkan seperti kejadian tari India di Piasan Seni di Taman Sari, Banda Aceh? Tak ada hubungannya!

Lalu, kenapa tiga lagu mereka dilarang?

 

M’ketum-m’ketum beude buno yoh uroe

Rakyat lam nanggro ka haro hara

Diureung inong tanyong bak lako

Su beude buno aleh pu bahya […]

BACA JUGA:  Adaptasi